Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang terletak di Jalan Lembong 38, Kota Bandung, merupakan tempat menyimpan koleksi benda-benda bernilai sejarah perjuangan Kodam Siliwangi bersama rakyat Jawa Barat dalam mempertahankan kemerdekaan. Museum ini diresmikan pertama kali oleh Pangdam III/Siliwangi ke-8, Kolonel Ibrahim Adjie, pada 23 Mei 1966.
Nama Mandala Wangsit berarti sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah, atau nasihat dari pejuang masa lallu kepada generasi penerus melalui benda-benda yang ditinggalkannya. Sementara nama Siliwangi diambil dari gelar Raja Kerajaan Pajajaran yang wilayah kekuasaannya terbentang dari Banten di ujung barat Pulau Jawa hingga Cirebon bagian timur. Menurut legenda, Siliwangi merupakan raja yang arif, berwibawa dan bijaksana.
Museum ini menempati bangunan tempat tinggal perwira militer Belanda yang dibangun tahun 1910-1915. Setelah kemerdekaan, bangunan diambil alih pasukan Siliwangi dan diigunakan sebagai markas militer tahun 1949-1950.
Markas militer ini pernah menjadi sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling. Dalam peristiwa tersebut 79 Prajurit TNI/Siliwangi gugur, termasuk di antaranya Mayor Adolf Lembong. Perwira yang gugur dalam pertempuran itu diabadikan menjadi nama jalan di depan museum itu.
Museum itu berdiri di atas tanah seluas 4.176 meter persegi dengan luas bangunan 1.674 meter persegi. Bangunan museum terkesan klasik dengan gaya arsitektur “late romanticism”.
Koleksi museum ini antara lain berupa lukisan diorama, senjata tradisional, seperti kujang, keris, pedang, golok, tombak, panah, pedang bambu, dan samurai. Selain itu, tersimpan berbagai senjata api, mebel, serta berbagai bendera dan lambang-lambang kesatuan Divisi Siliwangi. Di museum itu juga terdapat koleksi yang dipamerkan secara “outdoor”, seperti berbagai peralatan perang, tank, panser, dan kanon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar